Ikhtiar Pembangunan Ekonomi
Ekonomi pembangunan lahir sebagai disiplin ilmu pada pertengahan abad ke-20. Tujuannya adalah mentransformasi negara-negara dunia ketiga dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern melalui industrialisasi. Strateginya berupa perencanaan pembangunan jangka panjang dengan campur tangan negara yang besar.
Usai Perang Dunia 2, banyak negara Asia, Afrika dan Amerika Latin merdeka dari penjajahan. Mereka optimistis mampu membangun diri menjadi maju dan makmur. Pada 1950-1960an, negara-negara ini mulai menyusun rencana pembangunan nasional.
Sejumlah pakar seperti W.W Rostow dan Gunnar Myrdal ramai-ramai merumuskan teori pertumbuhan ekonomi dan tahapan pembangunan. Pembangunan infrastruktur menjadi fokus utama, diikuti industrialisasi dengan bantuan investasi dan teknologi asing.
Hasilnya beragam, ada yang sukses seperti Korea Selatan dan Singapura, tapi banyak pula yang stagnan. Krisis utang 1980-an memaksa banyak negara dunia ketiga mengubah strategi, dari perencanaan terpusat menuju ekonomi pasar dan perdagangan bebas. Globalisasi kemudian menjadi megatrend baru pembangunan ekonomi dunia ketiga menjelang abad 21.
Teori Malthus Terbantahkan
Ekonom Inggris Thomas Malthus pada 1798 memperingatkan pertumbuhan penduduk akan melampaui pertumbuhan output pangan. Ini pasti mengakibatkan kelaparan massal karena perluasan lahan pertanian terbatas.
Teori Malthus boleh jadi masuk akal pada zamannya. Namun inovasi teknologi membuat prediksi kelam Malthus meleset jauh. Pertanian modern meningkatkan hasil panen melalui traktor, pupuk kimia, irigasi, dan mekanisasi.
Lalu muncul revolusi hijau di Asia dengan varietas padi unggul berproduksi tinggi. Di Barat, peternakan dan perikanan modern mampu menyuplai daging dan protein hewani dalam jumlah besar. Green revolution dan Borlaug's wheat menghantarkan mandat pangan dunia.
Kemajuan bioteknologi dan rekayasa genetika semakin memungkinkan peningkatan produksi pangan secara eksponensial. Potensi kelaparan massal karena ledakan penduduk dapat dihindari, meskipun masalah distribusi pangan global masih menjadi pekerjaan rumah.
Masa Depan Pembangunan Ekonomi: Bioteknologi dan Artificial Intelligence
Revolusi industri 4.0 didorong oleh kemajuan teknologi digital dan otomatisasi cerdas. Ini membuka peluang sekaligus tantangan baru bagi agenda pembangunan ekonomi di masa depan.
Negara maju dan berkembang perlu memanfaatkan teknologi baru ini untuk meningkatkan produktivitas sektor industri dan jasa. Otomatisasi dan robotik dapat menggantikan pekerjaan rutin dan berbahaya. Sementara tenaga kerja difokuskan pada bidang yang memerlukan kreativitas dan sentuhan manusiawi.
Kecerdasan buatan dapat membantu administrasi dan perencanaan pembangunan yang lebih presisi. Internet of things dan big data analytics memungkinkan efisiensi proses produksi, distribusi, dan konsumsi sumber daya.
Di bidang pertanian dan pangan, teknik genomik canggih dapat mempercepat perakitan varietas unggul berprotein tinggi dan tahan perubahan iklim. Demikian pula teknik kultur jaringan untuk produksi massal benih bermutu.
Teknologi masa depan tentu tak lepas dari risiko dan tantangan. Diproduksi tanpa etika, bisa menimbulkan kerusakan sosial. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi harus selaras dengan nilai kemanusiaan yang universal untuk meraih masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia.