thumbnail_berita

 25 Jul 2023   Penulis:  LPM   Dipost Oleh:  STEI Admin    berita


Yogyapos.com (BANTUL) - Banyak orang yang tahu bahwa di Kapanewon Imogiri ada makam raja-raja Mataram. Cukup banyak orang yang tahu di Kapanewon Imogiri ada pusat kerajinan keris, khususnya warangka keris. Tapi sangat sedikit yang tahu bahwa kedua hal itu terletak di Kalurahan Girirejo.

Selain kedua bukti peradaban itu, Girirejo dulu juga menjadi pusat industri batik. Sejarah batik di Girirejo diawali adanya makam raja-raja dan kehadiran para abdi dalem (bersama keluarganya) yang mengurus makam tersebut. Dari para abdi dalem itulah keterampilan membatik berkembang di masyarakat Girirejo, hingga mencapai puncaknya sekitar tahun 1970-an.


Kejayaan batik Girirejo perlahan memudar seiring perkembangan zaman, hingga akhirnya batik di Girirejo seperti mati suri.


Melihat kondisi tersebut, Sekolah Tinggi Ekonomin Islam (STEI) Yogyakarta tertarik untuk membantu “menghidupkan” lagi batik Girirejo. Melalui program  Hibah Pengabdian Masyarakat Klaster Daerah 3T Litapdimas Kementerian Agama RI, STEI Yogyakarta selama 2 periode  Tahun Anggaran (2021 dan 2022) melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa pengembangan kembali industri batik di Girirejo.

Upaya STEI bersama sembilan pembatik Girirejo antara lain merekonstruksi motif batik klasik yang pernah dibuat di Girirejo, merekonstruksi alat cap batik, membuat usaha bersama yang diberi nama Giribatik, mengembangkan kreativitas pembatik, membuat karya batik dari nol sampai jadi busana, mengenalkan karya Giribatik dalam berbagai kegiatan, dan masih banyak lagi.

Bertempat di joglo cagar budaya Dalem Ambatik, Girirejo, Imogiri, Bantul, diadakan acara penutupan program pengabdian masyarakat tersebut Kamis (16/3/2023) siang.

Acara itu dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul, Nugroho Eko Setyanto, Kabid. Warisan Budaya Disbud Kab, Bantul, Rismanto, Lurah Girirejo, pegiat batik Sekar Jagad, dosen dan mahasiswa STEI Yogyakarta dan para pembatik Giribatik.


Dalam kesempatan tersebut, Kepala Disbud Kab. Bantul bersyukur karena batik Girirejo saat ini lahir kembali melalui usaha bersama Giribatik. “Kami berharap agar upaya yang dilakukan STEI Yogyakarta tidak hanya berhenti sampai di sini, namun harus berlanjut sehingga batik Girirejo bisa lebih berjaya dibandingkan di masa lalu,” tandasnya.

Nugroho Eko Setyanto menambahkan, upaya ini juga bisa dilakukan bersama OPD lain seperti Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian, dan sebagainya.

“Melalui pariwisata misalnya, produk Giribatik akan lebih mudah bertemu dengan calon konsumennya. Tentu upaya memajukan Giribatik juga harus didukung dengan teknologi informasi kekinian,” jelasnya.

Penutupan program pengabdian masyarakat ini dimeriahkan dengan peragaan busana oleh para ibu pembatik, dosen dan mahasiswa STEI, yang memamerkan batik karya para pembatik Giribatik. Ketua tim pengabdian masyarakat, Windu Baskoro, pada kesempatan tersebut menyerahkan desain motif batik khas Girirejo yaitu batik Parang Warangka yang menonjolkan motif warangka keris, kepada Lurah Girirejo, Dwi Yuli Purwanti. Motif tersebut dipilih karena Girirejo juga dikenal sebagai sentra kerajinan warangka keris di Daerah Istimewa Yogyakarta. (Iud)



©2024 STEI Yogyakarta.