thumbnail_berita

 15 Sep 2023   Penulis:  Dr.Mujahid Quraisy, SE.M.S.I.   Dipost Oleh:  STEI Admin    opini


Ringkasan Jurnal Oleh Mujahid Quraisy (Ketua STEI Yogyakarta) Budaya Bisnis dan Motif Ekonomi: Jembatan ke Dalam Dunia Spiritual Budaya bisnis dan dorongan ekonomi telah menjangkau berbagai aspek kehidupan di seluruh dunia. Kombinasi pengetahuan, teknologi, dan bisnis telah memberi inspirasi kepada manusia untuk mencari kenyamanan, keamanan, dan kenyataan dalam kehidupan mereka. Namun, terlalu sering, dorongan ini tidak diimbangi oleh pemahaman akan dimensi spiritual. Dan itulah sebenarnya yang dapat menjadi penyelamat dari perilaku amoral, kerusakan lingkungan, dan eksploitasi yang sering terjadi. Solusi yang banyak diusulkan adalah mengintegrasikan dimensi immaterial yang bersifat metafisik atau nilai-nilai agama ke dalam seluruh aspek kehidupan kita, termasuk bisnis (ibadah total). Hal ini akan memberikan landasan bagi pemahaman spiritual dan membimbing manajemen bisnis sesuai dengan prinsip-prinsip agama. Refleksi Kedalam Dunia Spiritual Dalam Islam, tauhid adalah prinsip keyakinan utama. Ini tidak hanya merujuk pada keesaan Allah, tetapi juga mencerminkan kesatuan antara semua penciptaan dan Sang Pencipta. Kesejahteraan dan kedamaian manusia dalam dunia ini bergantung pada pemahaman dan kesadaran tentang prinsip-prinsip penciptaan, fungsi, dan status manusia sebagai makhluk. Sumber pengetahuan untuk membentuk karakter dan kepribadian manusia dapat ditemukan dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis yang menggambarkan esensi manusia dalam dunia ini. Dalam proses penciptaan, terdapat prinsip-prinsip dasar yang mencakup kesatuan semua makhluk, prinsip pasangan dan dualitas, serta gerak non-linier. Pengenalan ini membawa kesadaran akan rasa memiliki, toleransi, dan semangat inovasi dalam kehidupan. Fungsi Kekhalifaan dan Status Kehambaan Manusia juga terikat oleh perjanjian primordial dengan Allah sebagai khalifah. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memelihara dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya. Ketaatan kepada Allah membatasi tindakan manusia, sementara kemerdekaan memberikan manusia peluang untuk berkembang sesuai dengan fitrahnya. Melalui syahadat, manusia menyatakan kesediaan untuk mematuhi perjanjian ini. Potensi Kekhalifaan dan Pedoman Kekhalifaan Manusia sebagai khalifah diberi potensi untuk menjalankan perannya di dunia ini. Potensi ini melibatkan akal, intuisi, dan Passion. Integrasi ketiganya memberikan peluang untuk berbuat baik atau jahat. Pedoman hidup manusia terletak dalam Al-Qur'an, sunnah Rasulullah, dan alam semesta. Al-Qur'an memberikan arahan dan inspirasi, sementara alam semesta memberikan wawasan tentang cara Allah bekerja. Menganalisis Realitas Empiris Keinginan manusia dan upaya untuk memenuhi keinginan mereka menciptakan tantangan dan tujuan dalam hidup. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan adalah alasan utama interaksi manusia dengan alam dan sesama manusia. Tantangan muncul ketika keinginan manusia tidak selaras dengan potensi mereka, yang dapat menjadi sumber ketidakseimbangan. Untuk mengatasi tantangan ini, manusia yang beriman harus merujuk pada prinsip-prinsip penciptaan yang mencakup kesatuan, pasangan, dan gerak non-linier. Penting untuk mencapai harmoni dalam menjalani kehidupan dengan berbagai kepentingan yang berbeda-beda. Dalam pendekatan sistem manajemen bisnis, berbagai kelompok kepentingan, seperti pemilik modal, keberlanjutan, pelanggan, karyawan, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan, harus dipertimbangkan. Mengintegrasikan Spiritualitas dan Manajemen Sistem dalam Proses Bisnis Dalam dunia bisnis, spiritualitas dan manajemen sistem dapat membantu manusia berpikir secara deduktif dan mendalami makna spiritual. Ini melibatkan pemahaman konsep penciptaan dan penerapannya dalam bisnis sebagai bagian dari sistem kehidupan. Berdasarkan manajemen sistem ala Poernomosidi, tujuan utama kehidupan adalah tujuan spiritual, yaitu menjadi khalifah yang bertanggung jawab atas amanah-Nya. Dalam proses bisnis yang diberkahi secara spiritual, manusia yang beriman harus merujuk pada prinsip-prinsip penciptaan untuk mencapai tujuan yang seimbang, menghindari konflik kepentingan, dan menciptakan harmoni. Manajemen sistem dalam bisnis mencakup berbagai fungsi, termasuk manajemen transaksi, kepemimpinan, produksi, pemasaran, riset dan pengembangan, serta keuangan. Kesimpulan Paradigma berpikir spiritual dalam manajemen sistem menekankan deduksi dalam pemahaman spiritual dan induksi dalam pelaksanaan aktivitas. Kesadaran akan dimensi spiritual menjadi dasar untuk merenungkan tantangan dan tujuan. Keinginan dan upaya memenuhi keinginan menciptakan tantangan dan tujuan yang harus dicapai dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip penciptaan. Untuk mencapai harmoni dan tujuan spiritual, manusia yang beriman harus mengikuti nilai-nilai agama, memahami prinsip-prinsip penciptaan, dan merancang bisnis mereka dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan. Dengan demikian, integrasi spiritualitas dan manajemen sistem dapat membawa kepada praktik bisnis yang lebih bermoral dan berkelanjutan. Daftar Pustaka:

  1. Charris Z, Achmad. (1997). Kekacauan menurut Perspektif Filsafat dan Islam. Ulumul Qur’an, Nomor 5, 7.

  2. Stoner, A.F., James, Cs. (1996). Manajemen Jilid 1. Jakarta: PT.Prehallindo.

  3. Capra, Fritjof. (1999). The Web of Life: A New Scientific Understanding of Living Systems. New York: Anchor Book.

  4. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. (1990). Islam and Secularism. Kuala Lumpur: International Institute of Islamic Thought and Civilization.

  5. Poernomosidi, Hardjito. (2006). Sistem Manajemen: Paradigma, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



©2024 STEI Yogyakarta.